Senin, 15 April 2013

Resume-- Monitoring Corruption: Evidence from Field Experiment in Indonesia


--Resume--
Monitoring Corruption: Evidence from Field Experiment in Indonesia
Benjamin A.Olken

Korupsi merupakan salah satu masalah signifikan yang terjadi diberbagai negara berkembang. Kasus korupsi sering terjadi pada perpajakan, pungutan liar, bahkan dalam urusan untuk memperlancar bisnis. Korupsi inilah yang menyebabkan pertumbuhan negara berkembang terhambat. Dalam artikel tersebut digunakan dua pendekatan untuk mengurangi korupsi yaitu pendekatan top down monitoring dan bottom up monitoring atau yang lebih dikenal dengan grassroot participation. Pada pendekatan top down monitoringpengawasan dilakukan oleh pejabat tinggi terhadap pejabat tingkat rendah, pendekatan tersebut dapat berjalan efektif namun pada kenyataannya hal tersebut malah memungkinkan pejabat tinggi untuk melakukan korupsi. Sedangkan grassroot participation melibatkan masyarakat kecil dalam melakukan pengawasan. Berdasarkan World Development Report, masyarakat miskin ditempatkan sebagai  pusat penyediaan layanansehingga dapat memungkinkan mereka untuk memantau dan mendisiplinkan penyedia layanan, memperkuat suara mereka dalam pembuatan kebijakan, dan memperkuat insentif bagi penyedia jasa untuk melayani masyarakat miskin. Namun pendekatan tersebut rawan untuk “dibackingi” oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Penelitian dilakukan di 608 desa di Indonesia bersamaan dengan proyek pembangunan jalan desa dimana proyek tersebut merupakan proyek infrastruktur nasional tingkat desa. Penelitian tersebut melibatkan masyarakat desa, auditor dari pemerintah/BPKP, pejabat desa, insinyur dan para surveyor. Ada dua perlakuan dalam eksperimen ini yaitu dengan audit treatment dan invitations treatment. Audit treament mewakili top down monitoring sedangangkan invitation treatment mewakili grassroot participation. Pada invitations treatment dibedakan menjadi 2 kategori yaitu invitation dan invitation dengan comment form. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa audit treatment dapat mengurangi tingkat korupsi walaupun tidak signifikan. Masih ada kemungkinan terjadi penyuapan kepada auditor namun jika hal tersebut didukung dengan adanya sanksi hukum yang berat maka kemungkinan terjadinya korupsi dapat diminimalisir. Hasil audit juga akan dipublikasikan kepada masyarakat sehingga dapat diketahui adanya penyelewengan dana dan dapat memberikan sanksi moral kepada pihak yang melakukannya. Penyelewengan dana ini biasanya berkaitan dengan pilkada, bisa saja dana yang hilang tersebut digunakan oleh para elit penguasa/pejabat untuk kebutuhan kampanye.

Sedangkan pada invitation treatment dimana masyarakat berpartisipasi untuk melakukan monitoring menunjukkan bahwa invitation treatment dapat mengurangi tindakan penyelewengan dana khususnya dana yang berkaitan dengan upah/gaji. Perlakuan tersebut hanya efektif diterapkan untuk memonitoring penyelewengan dana yg berkaitan dengan kepentingan mereka, misalnya subsidi makanan, tunjangan kesehatan, dana pendidikan, dan lain-lain. Demikian juga dengan invitation yang menggunakan comment form, dapat mengurangi kemungkinan terjadinya penyelewengan dana.

oleh Yuniarsih C1C009127

Senin, 01 April 2013

Model Internal Kontrol COSO



Apa itu COSO?

COSO atau Committee Of Sponsoring Organization Of the Treadway Commission merupakan sebuah organisasi yang menyediakan pemikiran mengenai leadership dan pedoman pengendalian intern, manajemen resiko perusahaan dan pencegahan fraud (kecurangan). Organisasi ini disponsori oleh American Accounting Association (AAA), American Institute of CPAs (AICPA),Financial Executives International (FEI), Institute of Management Accountant (IMA), dan Institue of Internal Auditors (IIA). Masing-masing organisasi sponsor tersebut berperan secara independen, anggota komisi diwakili oleh beberapa kalangan antara lain dari akuntan publik, industri, investor, dan bursa efek New York.

Adapun definisi Internal Control menurut COSO yaitu : 
Internal control is a process, affected by an entity’s board of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories:
· Effectiveness and efficiency of operations
· Reliability of financial reporting
· Compliance with applicable laws and regulations
Internal kontrol merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lain, untuk menyediakan keyakinan yang memadai untuk mencapai tujuan dalam hal:

· Efektivitas dan efisiensi operasi

· Keandalan informasi keuangan

· Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Berikut ini merupakan model intern control menurut COSO 


 Berdasarkan gambar diatas internal control-integrated framework terdiri atas 5 komponen, yaitu: 

1. Lingkungan Kontrol (Control Environment)

Komponen ini meliputi sikap manajemen di semua tingkatan terhadap operasi secara umum dan konsep kontrol secara khusus. Lingkungan kontrol menentukan suasana dari sebuah organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan kontrol merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian internal yang lain. Faktor lingkungan kontrol meliputi integritas, nilai etika dan kompensasi, filosofi manajemen dan gaya operasi, cara manajemen memberikan wewenang dan tanggung jawab serta mengatur dan mengembangkan orang-orangnya, dan perhatian serta arah yang diberikan dewan direksi.

2. Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Setiap entitas menghadapi berbagai resiko dari sumber eksternal maupun intenal yang harus dinilai. Penilaian resiko adalah identifikasi dan analisis resiko yang relevan dengan pencapaian tujuan, membentuk dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola. Penilaian resiko biasanya menganalisis kesesuaian laporan keuangan perusahaan dengan PABU. Resiko tersebut dapat muncul atau berubah karena keadaan misalnya perubahan dalam lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki, teknologi baru, lini produk, standar akuntansi, dan lain-lain.

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Setelah dilakukan penilaian resiko, diperlukan aktivitas pengendalian untuk menanggulangi resiko tersebut. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan arahan manajemen telah dilakukan. Kegiatan pengendalian terjadi diseluruh organisasi, di semua level, dan di semua fungsi. Kegiatan tersebut mencakup persetujuan, otoritas, verifikasi, rekonsiliasi, ulasan kinerja operasional, keamanan aset dan pemisahan tugas.

4. Informasi dan komunikasi (Information And Communication)

Informasi terkait harus diidentifikasi, ditangkap, dan dikomunikasikan dalam bentuk dan waktu yang memungkinkan untuk menjalankan dan mengendalikan bisnis. Semua personil harus menerima pesan yang jelas dari manajemen puncak bahwa tanggung jawab kontrol harus dianggap serius. Mereka harus memahami peran mereka sendiri dalam sistem pengendalian internal, serta bagaimana aktivitas individu berhubungan dengan pekerjaan orang lain. Komunikasi yang efektif dengan pihak eksternal seperti pelanggan, pemasok, regulator dan pemegang saham juga perlu dilakukan.

5. Pengawasan (Monitoring)
Sistem pengendalian intern perlu dipantau-sebuah proses untuk menilai kualitas dari kinerja sistem dari waktu ke waktu. Hal ini dilakukan dengan pengawasan aktivitas secara berkala, evaluasi terpisah atau kombinasi antara keduanya. Pemantauan berkala terjadi dalam proses operasi yang mencakup peraturan manajemen dan supervisi pada aktivitas-aktivitas dan peran serta personel lain dalam menjalankan tugasnya. Pengawasan sangat diperlukan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.