1)
Memperoleh pemahaman
tentang bisnis dan industri klien.
Auditor harus memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang bisnis dan industri klien agar dapat memahami
peristiwa-peristiwa, transaksi-transaksi, dan praktik-praktik yang dapat
berpengaruh secara signnifikan pada laporan keuangan. Berdasarkan SA seksi 318 Pemahaman atas Bisnis Klien memberikan
panduan tentang sumber informasi bagi auditor untuk memahami bisnis dan
industri klien:
a. Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya
b. Diskusi tentang orang dalam entitas (seperti direktur,
personel operasi senior)
c. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan
review terhadap laporan auditor intern
d. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum
atau penasihat lain yang telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam
industri
e. Disusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas
(seperti ahli ekonomi industri, badan pengatur industri, customers, dan pesaing)
f. Publikasi yang berkaitan dengan industri
g. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan
berdampak pada entitas
h. Kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas
i.
Dokumen yang
dihasilkan oleh entitas (notulensi rapat, laporan keuangan dan laporan tahunan
tahun sebelumnya, anggaran, laporan manajemen intern, laporan keuangan interim,
dll)
2)
Melaksanakan prosedur
analitis
Prosedur analitis didefinisikan sebagai evaluasi keuangan
yang dilakukan dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan
dan data nonkeuangan. Prosedur analitis meliputi perbandingan jumlah yang
tercatat atau rasio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat,
dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Tujuan dari posedur
analitis adalah untuk membantu perencanaan sifat, saat, dan luas tujuan
prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti tentang saldo akun
atau jenis transaksi tertentu. Adapun manfaat dari prosedur analitis antara
lain dapat mengungkapkan peristiwa atau transaksi yang tidak biasa,
mengungkapkan perubahan akuntansi, perubahan usaha, flukttuasi acak, dan salah
saji.
3)
Membuat pertimbangan
awal tentang tingkat materialitas.
Dalam melakukan audit,
auditor perlu mempertimbangkan tingkat materialitas. Materialitas merupakan
besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi akuntansi yang diluar
keadaan disekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang bergantung
bahwa informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau
salah saji tersebut. Dengan kata lain besarnya salah saji tersebut dapat
berpengaruh terhadap pertimbangan pihak
berkepentingan.
Auditor perlu mempertimbangkan tingkat materialitas awal
pada tingkat laporan keuangan dan tingkat saldo akun. Materialitas pada tingkat
laporan keuangan ditetapkan oleh auditor karena pendapat auditor atas kewajaran
laporan keuangan diterapkan pada laporan keuangan sebagai keseluruhan. Sedangkan
materialitas pada tingkat saldo akun ditujukan untuk memverifikasi saldo akun.
Pertimbangan
materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan pertimbangan kualitatif.
Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah
saldo tertentu, sedangkan pertimbangan kualitatif berkatain dengan penyebab
salah saji. Penentuan tingkat materialitas juga berkaitan dengan jumlah bukti
audit yang diperlukan, semakin rendah tingkat materialitas maka jumlah bukti
audit yang diperlukan akan semakin besar.
4)
Mempertimbangkan resiko
audit.
Resiko
audit ( audit risk ) adalah risiko auditor tanpa sadar tidak melakukan
modifikasi pendapat sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Resiko
audit menjadi pedoman para auditor dalam pengumpulan bukti audit, sehingga
auditor dapat mencapai tingkat keyakinan yang memadai yang diinginkan.
Ada 3 resiko dalam audit yaitu resiko bawaan (inherent risk), resiko pengendalian (control risk), dan resiko deteksi (detection risk). Resiko bawaan (inherent risk) merupakan resiko salah
saji yang melekat dalam saldo akun atau asersi tentang suatu saldo akun. Resiko
pengendalian (control risk) adalah
suatu resiko tidak dapat dicegahnya salah saji material dalam suatu saldo akun
atau asersi tentang suatu saldo akun oleh pengendalian intern. Sedangkan resiko
deteksi (detection risk) adalah suatu
resiko tidak terdeteksinya salah saji material dalam suatu saldo akun atau
asersi tentang suatu saldo akun oleh prosedur audit yang dilasanakan auditor.
5)
Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama.
SA
Seksi 323 Audit tahun pertama memberikan petunjuk bagi auditor mengenai saldo
awal, jika laporan keuangan baru diaudit untuk pertama kali atau sebelumnya
sudah diaudit tetapi menggunakan jasa auditor independen lain.
Auditor
harus memastikan bahwa saldo awal mencerminkan penerapan kebijakan akuntansi
yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan kebijakan tersebut
diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan tahun berjalan. Apabila
terdapat perubahan dalam kebijakan akuntansi atau penerapannya tidak konsisten,
auditor harus memperoleh kepastian bahwa perubahan tersebut memang harus
dilakukan dan dipertanggungjawabkan serta diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
Apabila
laporan keuangan tahun sebelumnya telah diaudit oleh auditor independen lain,
untuk memperoleh keyakinan mengenai saldo awal, auditor tahun berjalan dapat
melakukan review terhadap kertas
kerja auditor terdahulu. Auditor tahun berjalan juga harus mempertimbangkan
kompetensi, independensi dan integritas dari auditor sebelumnya. Sementara
apabila laporan keuangan belum pernah diaudit sebelumnya, auditor tahun
berjalan harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk mendukung
asersi yang terkandung dalam saldo awal, selama saldo tersebut berkaitan dengan
laporan keuangan tahun berjalan.
6)
Mengembangkan strategi
audit awal untuk asersi signifikan.
Auditor
dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit terhadap asersi
individual atau golongan transaksi. Hal tersebut dikarenakan adanya keterkaitan
antara bukti audit, materialitas, dan resiko audit.
Tujuan
dilakukannya audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah
laporan keuangan telah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai GAAP. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor
mengidentifikasi sejumlah tujuan audit yang spesifik bagi setiap akun yang
dicantumkan dalam laporan keuangan dimana didalam laporan keuangan terdiri dari
asersi manajemmen yang eksplisit dan implisit. Asersi merupakan hal yang
penting karena menjadi pedoman auditor dalam pengumpulan bukti audit yang
kompeten.
7)
Memperoleh pemahaman
tentang pengendalian intern klien
Pengendalian intern merupakan suatu proses yang
dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu
entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan
dengan pencapaian tujuan. Salah satunya adalah
menyediakan keyakinan yang memadai dalam mencapai keandalan dari informasi
keuangan.
Auditor perlu mamahami sistem pengendalian intern klien untuk untuk
mengdentifikasi adanya salah saji material yang dapat mempengaruhi asersi
laporan keuangan manajemen dan faktor-faktor yang mempengaruhi resiko salah
saji tersebut serta merancang pengujian subtatif untuk menyediakan keyakinan
yang memadai untuk mendeteksi salah saji. Dalam kaitannya dengan bukti audit,
pemahaman mengenai pengendalian intern juga dapat mempengaruhi jumlah bukti
audit yang diperlukan. Dengan adanya
pengendalian intern yang baik maka informasi yang dihasilkan semakin handal sehingga bukti audit yang
diperlukan juga semakin sedikit.
oleh Kelpompok 2 (Yuniarsih C1C009127, Ety Wahyuningrum C1C009135, Siti Aminah C1C009140)